Website created in white label responsive website builder WebWave.
Beberapa saat yang lalu saya membaca posting dari seorang tokoh CI global yang prominent, dan postingan beliau membuat saya terkejut.
Mari sama-sama kita lihat apa yang beliau katakan (saya persingkat ke inti pembicaraan-nya saja):
Ini yang menarik:
Apakah point 1 merupakan data-driven conclusion, ataukah judgment / bias from incomplete data? Apakah dengan tidak pernah terpaparnya seseorang tanpa vaksin menunjukkan bahwa vaksin itu tidak dibutuhkan dirinya?
Apakah point 2 merupakan analisa yang logis? Apakah benar tindakan pemecatan yang dilakukan pihak rumah sakit diartikan sebagai pemaksaan untuk vaksinasi?
Ada baiknya kita memakai analogi untuk mengecek logika di atas:
Anggap misalnya kita bekerja di sebuah pabrik yang mengharuskan karyawannya memakai safety shoes. Kita menolak untuk memakai, karena alasan pribadi. Selain itu, jempol kita aman-aman aja tuh selama ini.
Bila kita dipecat karena tidak mau memakai safety shoes, apakah ini tindakan inkonstitusional? Apakah pabrik tidak berhak memecat saya karena saya tidak mau memakai safety shoes?
Menarik sekali melihat seorang tokoh senior bisa melakukan hal ini.
Di level mana pun kita berada, hati-hati dalam mengambil keputusan. Apa yang nampak sebagai data-driven analysis mungkin saja tidak tepat dan lebih cenderung bersifat judgment.